Pantai Ngobaran Jogjakarta |
Kalau melihat Pura di atas suatu
tebing kadang teringat pantai Uluwatu, Bali. Namun kali ini bukan pantai
Uluwatu di bali tapi di Jogja. Nama pantai ini adalah pantai Ngobaran. Nama
Ngobaran berasal dari sejarah Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir
Kerajaan Majapahit, yang bersamaan dengan itu Kerajaan Islam berkembang pesat dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir utara pulau Jawa pada pertengahan
abad ke 15 M. Suatu kenyataan salah satu putra raja Brawijaya V, yakni Raden
Patah adalah penguasa kerajaan Demak I, kerajaan yang berada di pesisir utara. Perkembangan
agama Islam di pulau Jawa amat pesat, hingga sampai menyentuh pusat kerajaan
Majapahit dan kemudian kerajaan Majapahit tidak dapat dipertahankan lagi. Raja
Brawijaya V bersama salah satu putranya yakni Bondan Kejawan meninggalkan
kerajaaan Majapahit, berjalan ke arah barat dan sampai di suatu tempat yang
amat damai, disitulah Raja Brawijaya V berserta putranya tinggal. Menurut sumber
yang saya baca, sang Prabu mengambil langkah itu ditempuh yaitu melakukan
upacara muksa karena tidak mau berperang melawan anaknya sendiri, Raden Patah
(Raja I Demak), namun kebenaran cerita tentang Brawijaya V ini kini banyak
diragukan oleh banyak sejarahwan. Sang Prabu dipercaya melakukan upacara muksa
dengan cara membakar diri . Kobaran api dari upacara muksa itulah yang
menjadikan nama pantai ini Ngobaran.
Pantai Ngobaran ini terletak 65km
dari kota Yogyakarta tepatnya di desa Kanigoro kecamatan Saptosari
Kabupaten
Gunungkidul merupakan pantai yang masih alami dan sangat indah.
Keunikannya
saat surut anda bisa melihat hamparan rumput laut yang berwarna hijau
dan
coklat yang hidup bersama di atas batu-batu dan terumbu karang di pantai
tersebut. Adanya batu-batu dan terumbu karang tersebut terdapat
bermacam-macam hewan laut seperti dari ikan-ikan laut
kecil, berbagai jenis kerang-kerangan serta landak laut yang menjadi
salah satu
kuliner yang dijajakan penduduk sekitar pantai ini. Saat surut kita pun
bisa melihat penduduk-penduduk sekitar mulai mengumpulkan Landak laut
serta rumput-rumput laut tersebut.
Keunikannya selain keindahan pantainya
juga pesona budayanya. Melihat pesona budaya di pantai Ngobaran ini terdapat
nilai-nilai luhur tentang kebhineka-an. Di pantai Ngobaran dapat di
temui bangunan Joglo tempat peribadatan aliran Kejawan(bukan Kejawen), masjid
tempat peribadatan umat Muslim, dan pura tempat peribadatan pemeluk agama Hindu
yang terletak di atas bukit sebelah barat. Mesjidnya pun terlihat berbeda
dengan mesjid-mesjid lainnya karena mengarah ke arah selatan (Laut). Namun walaupun
arah masjidnya ke selatan, warga sekitar yang melakukan sholat disana tetap
mendirikan sholat dengan menghadap arah kiblat yakni ke arah Kabah (ada
tulisannya di Mesjidnya).
Mesjid menghadap selatan |
Untuk menuju Pantai ini dari kota
Jogja cukup mudah anda bisa memacu kendaraan melewati jalan Wonosari, melewati
Peristirahatan Hutan Bunder , Saat melewati lampu lalu lintas kedua (pertigaan
lapangan terbang) anda bisa mengambil arah ke kanan. Ikuti jalan tersebut anda akan melewati Suaka
Marga Satwa Paliyan, lalu melewati Telaga Namberan (sebelah kanan jalan) Sampai
dipertigaan mentok (ada Alfamart) anda bisa ambil arah kiri mulai dari sana
anda tinggal mengikuti petunjuk jalan menuju Komplek Pantai Ngrenehan-Ngobaran-Nguyahan.
Selain itu rute tersebut anda bisa melalui jalur Imogiri-Panggang. Jika tidak
yakin dengan jalan yang anda tempuh, jangan malu bertanya pada penduduk sekitar.
Pemandangan dari atas (samping Pura) |
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !